SEJARAH MUHAMMADIYAH SITUBONDO
Oleh. A. Zahri
(Ketua PDM Situbondo Periode 2000-2005 dan 2010-2015)
Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena beliau ternyata juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung (1922), Ponorogo (1922) dan Banyuwangi (1933).
Menurut Buku Sejarah Muhammadiyah Jatim, yang memuat juga sejarah Muh. di setiap daerah, Cikal bakal Muhammadiyah Situbondo di rintis oleh Bpk. Margosudjono, seorang pegawai Kantor Pos yang dimutasi dari Surakarta ke Situbondo pada tahun 1924. Di Situbondo beliau bertempat tinggal di rumah Bpk. K.H. Moch. Cholil di Kampung Pasar Pering (Jalan Seroja), berdampinngan dengan rumah Bpk. Abdul Gafar Djojosoedirjo guru SR II Situbondo.
Tak lama kemudian datang orang baru di Situbondo, bernama Bpk. Notoamidarmo, sebagai School Opsiner ( Penilik Sekolah ) pindahan dari Bondowoso. Dengan kedatangan beliau, maka ketiga teman Bpk. Margosudjono tersebut bersilaturrahim ke rumahnya membicarakan rencana Bpk. Margosudjono mendirikan perkumpulan Muhammadiyah di Situbondo. Oleh Bpk. Notoamidarmo inisiatif yang demikian itu disambut baik, disetujui dan didukung, karena di Bondowoso beliau juga sebagai pengurus Muhammadiyah.
Untuk menyakinkan ketiga orang tersebut, beberapa minggu kemudian Bapak Notoamidarmo mengajak ke Bondowoso untuk bersilaturrahim kerumah Bpk. Diposupeno selaku Ketua Muhammadiyah Cabang Bondowoso. Bpk. Diposupeno menjelaskan secara rinci tentang apa dan bagaimana Muhammadiyah itu serta maksud dan tujuannya.
Dengan pertolongan Allah SWT. setelah bapak-bapak tersebut menemui seorang ulama yang cukup berpengaruh dikalangan masyarakat yaitu K.R.P. Ismail dan menjelaskan maksud dan tujuan untuk mendirikan perkumpulan Muhammadiyah beliau merestui dan bersedia membantu, maka banyaklah pendukung-pendukungnya dan sebagai langkah pertama diadakan pengajian umum bergilir. Akhirnya pada pertengahan tahun 1924, berdirilah perkumpulan Muhammadiyah Cabang Situbondo.
Untuk peresmian berdirinya Muhammadiyah Cabang Situbondo ini, dihadiri oleh Pengurus Besar Muhammadiyah dari Jogjakarta yaitu Bpk. K.H. Sujak dan Bpk. Diposupeno Ketua Muhammadiyah Bondowoso sertra Bpk. K. Fannan dari Jember. Maka tersusunlah Pengurus Muhammadiyah Cabang Situbondo untuk periode 1924-1927 sebagai berikut : Bpk. Notoamidarmo (Ketua), Bpk. Abd. Gafar Djojosudirdjo (Penulis), Bpk. Sastrodiwirjo (Bendahara).
Setelah Muhammadiyah Cabang Situbondo beridiri selama satu tahun baru mendapatkan pengesahan dari Pengurus Besar Muhammadiyah Djokjakarta dengan surat keputusan tanggal 28 September 1925 M/11 Rabiul Awwal 1344 H, No. 45/B.Syang ditanda tangani oleh Ketua K. Ibrahim dan Sekretaris Hasjim.
Setelah tahun 1925 pengurus Muhammadiyah Cabang Situbondo mengalami beberapa pergantian sesuai dengan masa jabatannya. Diantara tokoh-tokoh yang pernah menjadi pengurus antara lain : Bpk. Sastro Prawiro (Ketua), Haenur Rasyid (Sekretaris), Djuri (Bendahara) yang dalam aktifitasnya dibantu antara lain : Sakur, Sutidjab, Haenur, Jantiman, Mat Tasin, Moaral, Said dan Soemoprawiro.
Wal hasil, secara dejure Muhammadiyah berdiri di Situbondo sejak keluarnya Surat Keputusan Pengurus Besar (Hoofdestuur) Muhammadiyah Yogyakarta Nomor: 28 Tahun 1925 yang kemudian dilanjutkan dengan pelantikan, namun secara defacto telah dirintis setahun sebelumnya.
Setelah Indonesia merdeka, Muhammadiyah. tersebar di beberapa kecamatan dengan berdirinya beberapa cabang baru, yaitu: Cabang Panarukan berdiri pada tahun 1950 dengan SK Pendirian No. 964/1950, Besuki berdiri pada tahun 1961 dengan SK Pendirian No. 1473, Asembagus berdiri pada tahun 1962 dengan SK Pendirian No. 1588/1962 dan Wingin Anom berdiri pada tahun 1963 dengan SK Pendirian No. 1772/1963. Dengan berdirinya 5 Cabang, maka sesuai dengan kebutuhan organisasi dibentuklah Muhammadiyah Daerah (tingkat Kabupaten) dengan nomenklatur Pimpinan Daerah Muhammadiyah Panarukan yang disahkan dengan surat keputusan PP Muhammadiyah tanggal 29 Sya’ban 1389 H. / 9 Nopember 1969 Nomor : L.130/D-12/1969,
Belakangan PDM Panarukan berubah nama menjadi PDM Situbondo. karena menyesuaikan dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1972, tertanggal 19 September 1972 tentang Perubahan Kabupaten Panarukan menjadi Kabupaten Situbondo.
PDM Panaruakn kemudian melengkapi diri dengan organesasi otonom (Ortom), yang terdiri dari: Aisyiyah, Pemuda Muhaamdiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci Putra Muhammadiyah dan Hizbul Wathan. Wallahu a’lam bi shawab.
Posting Komentar untuk "SEJARAH MUHAMMADIYAH SITUBONDO"