Khutbah Juma'at : MENYIKAPI MUSIBAH
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي وَعَدَ الصَّابِرِيْنَ بِغَيْرِ حِسَابٍ ، وَأَثَابَ الشَّاكِرِيْنَ عَلَى النِّعَمِ بِدَوَامِهَا وَاْلاَزْدِيَادِ ، اَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، مِنْ غَيْرِ شَكٍّ، وَلاَ اِرْتِيَابِ، وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الرُّسُلُ وَخُلاَصَةُ اْلعِبَادِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنِ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَاْلَمآبِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا . أَمَّا بَعْدُ : أَيُّهاَ النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالىَ ، وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّابِرِيْنَ ، فَإِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Jama’ah Jum’ah
yang dirahmati Allah!
Segala puji bagi Allah. Allah Maha
Besar. Selain Allah semuanya kecil, apapun jabatan dan pangkatnya: raja,
presiden, panglima, direktur-kondektur, jendral-kopral, di sisi Allah sama
kecilnya. Firman Allah dalam Al Hujurat ayat 13, “ Sesungguhnya yang paling
mulya diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa”.
Tidak ada tuhan selain Allah , tidak
ada yang berhak diibadahi dan disembah selain Allah. Allah tempat kita
bergantung, tempat menggantungkan semua persoalan: hidup-mati, kaya-miskin,
sehat-sakit, selamat-celaka dst.
Segala sanjungan dan pujian hanya
milik Allah SWT. Allah sumber segala kenikmatan. Karena kasih sayang Allah kita
semua bisa hadir di tempat yang mulia ini untuk mengagungkan asmaNya dan
mensyukuri nikmatNya.
Sidang Jum’ah
yang dirahmati Allah!
Kita, bangsa Indonesia, yang
sebagian besar umat Islam mendapat musibah silih berganti, musibah ekonomi,
politik, pandemic Covid 19 maupun musibah alam: banjir bandang, tanah longsor,
gunung meletus dsb. Timbul pertanyaan dibenak kita masing-masing, apakah
kesalahan/dosa kita sehingga Allah memberikan musibah tersebut? Apakah hikmah
dibalik itu semua?
Sebagai orang Islam yang berjiwa
tauhid , yang percaya kepada kekuasaan dan kerahiman Allah, marilah kita
mencari tahu jawabanya dari pedoman hidup kita, Al Qur’an dan As Sunah
Shahihah.
Musibah artinya bencana, malapetaka
atau kecelakaan dsb. Dalam Al Quran kata musibah, menurut ahli tafsir, disebut
83 kali dalam berbagai bentuk dan konteknya. Ada musibah yang menimpa masyarakat secara umum, misalnya:
banjir, gunung meletus dsb. dan ada musibah yang menimpa perorangan: usaha
rugi, jatuh sakit dsb.
Firman Allah
dalam surat Al Baqorah ayat 155-157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأموَالِ وَالأنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(155)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"
Dalam ayat tersebut di atas Allah
memberi contoh lima macam musibah, yaitu: ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta benda , kekurangan jiwa (kematian) dan kekurangan buah-buahan. Ini bukan
berarti bahwa musibah hanya terdiri dari lima macam saja, tapi hanya sebagai
contoh.
Semua nikmat/kebaikan yang kita
terima pada hakekatnya adalah karunia Allah, sedangkan bencana yang menimpa
kita hakekatnya adalah kerana ulah kita sendiri. Sesuai firman Allah An Nisa’ ayat
79:
مَا
أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ الله وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ
نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِالله شَهِيدًا
Apa saja ni`mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan
apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi
saksi.
Kesalahan
dan kejahatan yang dilakukan manusia secara tidak langsung sering menimbulkan
bencana. Kesalahan memperlakukan alam, kesalahan memenej masyarakat,
pemerintahan bahkan negara. Hutan-hutan ditebang habis-habisan sehingga banyak
lahan gundul, sungai-sungai dibuangi
limpah/sampah sehingga menjadi dangkal dan sumpet. Terjadilah “sungai
menggugat”, banjir dimana-mana, tanah longsor dsb. Hal ini sesuai dengan
penegasan Allah dalam surat Ar Rum ayat 41:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
أَحَسِبَ النَّاسُ
أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi?
- Orang beriman akan senantiasa diuji dalam berbagai
cobaan dalam kehidupan ini.
- Cobaan itu telah ditimpakan terhadap umat terdahulu,
- Cobaan itu berguna untuk mengetahui kualitas keimanan
seseorang (mana emas mana loyang,
mana iman yang kuat dan iman yang rapuh).
Dengan
musibah ini Allah bermaksud menyadarkan
manusia dari kekhilafan dan
kesalahannya, kesombongan dan keserakahanya agar manusia kembali ke jalan
Allah, bertobat kepada Allah. Dalam wujud menata lingkungan dengan
sebaik-baiknya, tolong-menolong, bahu-membahu untuk bangkit dari kehancuran.
Dan yang tak kalah pentingnya menyadarkan kita bahwa alam ini tidak abadi,
harta yang kita miliki hanya titipan Allah dan kita semua akan binasa dan
dibangkitkan kembali untuk menghadap Allah.
Setelah
tumbuh kesadaran tentang kesalahan kita, Rasulullah mengajarkan kita agar
bersabar. Bersabar bukan menyerah begitu saja tetapi teguh dan padat hati -
tidak putus asa, timbul semangat baru untuk bangkit dengan penuh optimisme
serta tidak perlu mencari kambing hitam.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ...وَإِنْ
أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا.
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ ) صحيح مسلم - 8 / 56(
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
Rasulullah bersabda: ... Dan jika kamu ditimpa musibah maka janganlah kamu berkata:
Jika aku berbuat ini maka akan begini, tetapi katakan ketentuan Allah atas
apa-apa yang ia kehendaki. Jika kamu berkata seandainya, akan membuka pintu
setan.
Allah
mengingatkan pula dalam Firmanya surat
Al Hadid ayat 23:
لِكَيْ لاَتَأْسَوْا
عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَالله ُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Berkaitan
dengan musibah-musibah yang terjadi, sebagai seorang Muslim yang tidak mendapat
musibah seharusnya kita menyisihkan sebagian harta, tenaga dan fikiran kita untuk meringankan beban saudara kita yang kena musibah.
Kalau
Nabiyullah Ibrahim as. telah memberikan contoh mentaaati perintah Allah
menyembelih putra kesayanganya semata-mata ikhlas kepadaNya dan karena
keikhlasan itu Allah memberikan ganti dengan seekor domba, bagaimana dengan
kita yang telah mengaku mukmin dan muslim hanya diperintah untuk menyisihkan
sebagian harta untuk meringankan
beban orang yang membutuhkan, masih
banyak pertimbangan, kalkulasi dan sebagainya?
Layakkah jikalau kemudian kita mengharap surga
Allah? Bahkan sebagian kita ada yang menjadi penjahat dengan mengambil hak
orang lain, menyunat sumbangan/bantuan. Naudzu billahi min dzalik.
Seorang
Muslim dituntut, disamping memiliki kesalehan
individual juga harus memiliki
kesalehan sosial, sebagai implementasi habluminallah dan habluminanas.
Dengan demikian, mudah-mudahan dapat
semakin mendekatkan kita kepada Allah swt dan kelak kita masuk dalam golongan
hamba-hambaNya yang mendapat ridhoNya. Amin.
باَرَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى
وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ
مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْوَارْحَمْ
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الرَّبِ الرَّحِيْمِ الْحَكِيْمِ بِمَا يَقْضِيْهِ
فِي كُلِّ زَمَانٍ، وَاللَّطِيْفُ بِعِبَادِهِ حِيْنَ تَقْلِقَهُمْ الهُمُوْمُ وَاْلأَحْزَانُ،
الَّذِي وَعَدَ الصَّابِرِيْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ عَدٍّ وَلاَ حُسْبَانٍ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ المَلِكُ الدَّيَانُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي صَبَرَ عَلَى أَقْدَارِ اللهِ وَعَلَى
طَاعَةِ اللهِ وَعَلَى إِيْذاَءِ بَنِي اْلإِنْسَانِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اتَّبَعُوْا أَثَرَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا،َ
أَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْفَازَاْلمُتَّقُوْنَ،
Sidang Jum’ah
yang dikasihi Allah !
Kata kunci dalam
menyikapi musibah adalah sabar. Sabar dalam pengertian yang benar,
yaitu menerima kenyataan yang ada seraya berusaha keluar dari kenyataan yang
tidak nyaman itu dengan kerja keras, bukan sikap pasrah, menyerah tanpa upaya.
Itulah kesabaran yang ditunjukkan hamba Allah penghuni surga:
قال الله تعالى عن عباد الرحمن : أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا
صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا [الفرقان : 75]
Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat
yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut
dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
وقال عن أهل الجنة
: وَالْمَلَائِكَةُ
يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23) سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا
صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ (24) [الرعد : 23 ، 24]
sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun
`alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu.
Semoga
kita semua diberi kesabaaran dalam meniti liku-liku kehidupan ini. Amin.
فَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ على مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيّ
الأُمِّي وَعَلى آلِ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِه كما صَلَّيْتَ على
إِبْرَاهِيمَ وَعلى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبارِكْ على مُحَمَّدٍ النَّبِيّ الأُمِّيّ
وَعَلى آلِ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ وَذُرّيَّتِهِ كما بارَكْتَ على إِبْرَاهِيمَ
وَعَلى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ
اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ اْلأََحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، رَبَّنَا
أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ
عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَار، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ،
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ وَإِيْتاَءِ ذِيْ اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاَءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ
يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ،
Posting Komentar untuk "Khutbah Juma'at : MENYIKAPI MUSIBAH "