DAKWAH DI ERA MEDSOS
azahri.com ~ Kata dakwah berasal dari bahasa Arab, bentuk masdar dari fiil [da’a] دعا –[yad’u] يدعو [da’watan] دعوة yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.
Jadi dakwah itu memanggil bukan berbuat
jahil/usil, mengajak bukan menginjak, menyeru bukan berseteru, merangkul bukan
memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan
menghina, membela bukan mencela dan memberi solusi bukan sekedar mencari simpati.
Hakekat dakwah adalah mengajak ke
jalan Allah SWT (agama Allah, syariat Allah, tauhidullah), bukan mengajak untuk
membesarkan eksistensi pendakwah/da’i, mengajak
membesarkan kelompoknya, organisasinya atau partainya, tapi mengajak ke
jalan Allah SWT. Hal mana sejalan dengan Firman Allah SWT:
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن
دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
Dan siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan
kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri)." (Surat Fushilat, Ayat 33)
Mengajak ke jalan Allah Swt. tanpa pamrih
atau mengharap mendapat keuntungan dunia, semata-mata karena Allah Swt. Bahkan
ajakannya seringkali menimbulkan resiko
bagi da’i, termasuk resiko yang terburuk. Sabda Nabi SAW riwayat Imam Baihaqi dalam
“Syu’abul Iman” (no. 4737):
قُلِ الحَقَّ
وَلَوْ كَانَ مُرًّا
(Katakan
yang benar meskipun itu pahit).
Tujuan utama dakwah tentu untuk mengubah
situasi yang buruk, kacau balau, saling mencaci, saling bully, saling
merendahkan dan penuh kegaduhan menuju situasi yang baik, kondusif, saling
menghargai, saling memuji, saling menyanyangi sehingga hidup tentram, damai dan
penuh rahmat Allah Swt.
Tercapainya tujuan dakwa tergantung
pada subjek dakwah, metode, materi dan objek dakwah. Subyek dakwah disebut da’i, yakni orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang
lain atau publik.
Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i
seharusnya memiliki pemahaman yang luas tentang agama dari berbagai aspek,
memahami karakter objek dakwah dan menggunakan
metode yang tepat sesuai karakter objek
dakwah. Dan yang tak kalah pentingnya, mampu memberikan contoh teladan kepada
objek dakwah/mad’u
Mad’u sebagai sasaran atau objek
dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh
subjek dakwah, jika materi, metode, dan media yang digunakan tepat sasaran sesuai
dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.
Metode dakwah adalah jalan atau cara
untuk mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien. Metode haruslah sesuai dengan materi dan tujuan dakwah.
Pemakaian metode yang benar memudahkan tujuan dakwah tercapai. Sebaliknya bila metode dan cara yang digunakan tidak sesuai dan tidak pas, akan mengakibatkan kegagalan.
Secara garis besar metode dakwah dalam Al-Quran terekam pada QS. An-Nahl ayat 105.
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ
وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِٱلْمُهْتَدِينَ
Artinya; Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari ayat
tersebut, terlukis bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah yaitu:
a. Hikmah: yaitu dakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, untuk mengambil langkah bijak, sehingga objek dakwah dapat merespon ajakan dengan senang hati dan sepenuh hati, tidak merasa terpaksa atau keberatan.
b. Mauidzah hasanah: adalah berdakwah dengan memberi nasihat agar sesama manusia saling berbuat baik, menolong sesama, berkasih sayang dan menghindari perbuatan tercela. Dimana nasihat itu dapat menyentuh hati penerimanya
c. Mujadalah: yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran, berdiskusi, mencari solusi untuk kebaikan bersama, tidak memaksakan kehendak dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.
Saat ini salah satu media dakwah yang marak digunakan adalah Medsos. Sialnya hari ini di media sosial: facebook, Instagram, youtube dll. banyak dipenuhi narasi negatif dan tidak bermanfaat untuk kebaikan dunia akhirat. Hanya sekedar mengejar subscribe, like, comment, menetisasi atau keuntungan jangka pendek lainnya. Para perempuan tanpa rasa malu mengumbar narasi seksual dengan vulgar, buzzer bayaran dengan narasi kebencian dan caci maki, atau sekedar prank, lelucon tanpa makna dll.
Melalui media sosial (Blog ini), penulis
bertekad mengajak para penggiat media sosial, terutama yang beragama Islam untuk
instropeksi bahwa, apa yang kita ucapkan semua direkam oleh malaikat Raqib dan
Atid serta kelak akan kita pertanggungjawabkan di sisi-Nya. Allah SWT telah
menyatakan:
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ
Tidak ada suatu kata yang diucapkan
pun melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).(Surat Qaf, Ayat 18)
Mari kita kurangi ungkapan negatif, caci maki
dan sejenisnya. Kita ramaiakan dunia maya dengan narasi positif,
saling menguatkan, memaafkan, sehingga Islam sebagai rahmat bagi semesta bisa
kita nikmati bersama. Walahu a’lam bi shawab.
TINN: micro touch titanium trimmer - TitaniumArts
BalasHapusTINN: micro touch titanium trimmer - TitaniumArts TINN: micro titanium wallet touch titanium titanium 170 welder trimmer - TitaniumArts columbia titanium boots TINN: micro touch titanium titanium sheet trimmer - TitaniumArts TINN: micro touch titanium trimmer 2013 ford focus titanium hatchback - TitaniumArts
Thank you
Hapus