PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADAN
azahri.com ~ Sebagian besar orang Islam
memiliki naluri keagamaan berwujud rasa senang
dan gembira menyambut datangnya bulan Ramadan. Mereka semangat menyambut Ramadan
dengan berbagai aktivitas, baik aktivitas yang sudah turun temurun dari orang
tua mereka maupun aktivitas hasil kreatifitas generasi sekarang.
Kegiatan tradisional menyambut Ramadan, ada megengan,
ater-ater (mengantarkan makanan ke rumah sanak kerabat yang lebih
dituakan), ziarah kubur, termasuk kubur Wali Songo. Adapun aktivitas kekinian,
antara lain: wisata bersama teman se-profesi atau anggota komunitas, zoom meeting tentang ibadah
Ramadan dll.
Terlepas ragam aktivitas yang dilakoni oleh umat
Islam, sekurang-kurangnya
ada 4 hal yang perlu kita persiapkan menyambut Ramadan:
1.
Persiapan Mental-Spiritual.
Persiapan yang utama dalam hal ini adalah memperbarui
semangat dan niat. Kita kondisikan bahwa bertemu Ramadan lebih tinggi
tingkatannya daripada seseorang yang mendapat anugerah/ penghargaan dari seorang
raja/presiden dan akan dipanggil menghadapnya.
Tentu orang itu berharap-harap cemas agar momen itu segera
terwujud. Boleh jadi ia tidak bisa tidur nyenyak dan mengharap malam cepat
berlalu jika esoknya momen itu tiba. Atau laksana dua insan yang baru akad
nikah, mengharap siang segera berlalu dan bila malam tiba mereka berucap, “ Ya
lailu thul”! Kalau semangat kita
menyambut Ramadan layaknya mau bertemu presiden atau hendak berbulan madu, itu luar biasa.
Begitu kita masuk Ramadan, sentuhan atau energi Ramadan akan
mengobarkan semangat beribadah, baik ibadah ritual maupun sosial, ibadah wajib
maupun sunat atau amal shaleh lainnya, bahkan jihad fi sabilillah (berjuang
di jalan Allah Swt).
Dalam sejarah bangsa kita, energi Ramadan telah mengantarkan
kita ke pintu gerbang kemerdekaan. Tercatat dalam sejarah bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia
terjadi pada hari Jum’at Legi, 09 Ramadan 1364 H bertepatan dengan 17 Agustus
1945 M.
Siapapun yang giat dan semangat dalam melakukan sesuatu, akan
memperoleh keberhasilan: من جد وجد =siapa
yang giat pasti dapat/berhasil. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt:
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ الله لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
[العنكبوت : 69]
Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.
Berikutnya kita perbarui niat. Niat
beribadah semata-mata menjalankan perintah Alla swt. Jangan salah pasangg niat
dalam beribadah, kalau salah pasang niat tidak dapat apapun di sisi-Nya.
عن عُمَرَ بْن الْخَطَّابِ-رضى الله
عنه- قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ : إِنَّمَا الأعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ،
صحيح البخارى - (1 / 4)
Dari Umar bin Khatob, ra ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw
berkata: Hanya sanya amal itu tergantung niatnya. Dan bahwasanya setiap orang
memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkan.
Jangan niat puasa
supaya langsing atau sehat. Niatkan karena Allah swt. Adapun kemudian jadi
langsing atau sehat itu hikmah atau by produknya. Firman Allah:
قُلْ إِنَّ صَلااتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لله رَبِّ الْعَالَمِينَ [الأنعام : 162]
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.Atau sabda Nabi saw:
عن أبي هريرةرضي الله تعالى عنه قال : قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ) رواه
البخاري(
Dari Abi Hurairah ra.ia berkata, Nabi saw bersabda: Barang siapa
berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap ridha Allah (ikhlas) diampuni dosa-dosa
yang telah lalu.
Tapi, kadang kita perlu
instropeksi. Lepas puasa kok badan kita bertambah berat, budget rumah tangga
malah membengkak. Jangan-jangan puasa kita baru tahap formalitas belaka atau
pindah jam makan dan minum, bahkan menambah porsinya dan menunya.
Puasa maknanya al imsak, artinya menahan. Menahan makan, minum, perbuatan yang sia-sia, menahan pengeluaran dst. Itulah yang membedakan puasa kita. dengan Rasulullah, meskipun ada ungkapan, “ Beda kita dengan Rasul itu sedikit: Rasul sedikit makan, kita dikit-dikit makan, Rasul sedikit tidur, kita dikit-dikit tidur. Atau Rasul dikit-dikit puasa, kita sedikit puasa. Rasul dikit-dikit shalat, kita sedikit shalat dst.
2.
Persiapan Fisik-Material.
Ibadah puasa melibatkan badaniyah, artinya orang yang
berpuasa harus dalam kondidisi sehat. Maka menjaga kesehatan agar tetap
prima dalam menghadapi Ramadan adalah
suatu keniscayaan, meskipun dalam al Qur’an ada rukhshah bagi yang sakit
dan bepergian, tapi nilai Ramadannya boleh jadi tidak bisa tergantikan.
فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ [البقرة : 184]
... Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain…
Bila kita sehat secara fisik
maka akan lebih siap melaksanakan kewajiban dan itu lebih baik daripada yang
sakit dan lemah.
Persiapan fisik juga
menyangkut sarana dan prasarana yang menunjang ibadah puasa dan amaliah yang
ada didalamnya, misalnya: mushhaf al Qur’an, pakaian, penerangan dan
kebersihan masjid/mushala dsb. Berdasarkan kaidah fiqhiyah:
ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب (مبادى اوليه- عبدالحميد حكيم)
Tidak terpenuhinya
kewajiban kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib adanya.
3.
Persiapan Ilmu
Semua ibadah yang akan kita laksanakan harus tahu
ilmunya, meskipun hanya garis besarnya saja. Makanya bagi yang kurang ilmu
harus bertanya kepada yang berilmu.
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ [النحل :
43]
….maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui.
Dalam Islam orang yang berilmu sangat dihargai,
sehingga ada hadits dari Abu Umamah ra; Rasulullah Saw
bersabda:
فَضْلُ العَالِمِ عَلَى
العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ [سنن الترمذي: صحيح]
"Keutamaan seorang
ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan
dengan orang yang paling rendah dari kalian". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Disamping hadis , ayat yang
terkait dengan kedudukan orang berilmu antara lain firman Allah swt:
...يَرْفَعِ
الله الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَ الله بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
[المجادلة : 11]
...niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Berkaitan dengan puasa, ilmu yang
harus kita miliki adalah: syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan
puasa, yang wajib meng-qodha’ puasa, cara meng-qodha, sunah-sunah
puasa dsb.
4.
Doa Mohon Bertemu Ramadan
Doa yang dibaca Rasulullah
ketika menjumpai hilal Ramadan adalah:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلالَ، قَالَ: اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا
بِالْيُمْنِ وَالإيمَانِ، وَالسَّلامَةِ وَالإسْلامِ ، رَبِّي وَرَبُّكَ الله سنن الترمذي - (5 /
504) قال الشيخ الألباني : صحيح
"Ya
Allah, terbitkanlah (dan tampakkanlah) hilal kepada kami (diiringi) dengan
keberkahan dan keimanan serta keselamatan dan keislaman, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Alloh."
Bermohon kepada Allah Swt agar ditakdirkan
mendapati Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat dengan kecukupan rizeki,
keimanan yang mantap, keselamatan dan kedamaian.
Pendek
kata, kita mendapati Ramadan dengan penuh suka cita, tak kurang suatu apapun
sehingga kita menyambut Ramadan dengan senang hati, lapang dada dan ringan
menjalankan siyam dan qiyam
Semoga Ramadan kali ini bisa meningkatkan kualitas ibadah
kita dan membawa bekas di sebelas bulan berikutnya. Semoga bermanfaat Amiin.Wallahu
a’lam.
Posting Komentar untuk "PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADAN"