RAMADHAN MEMBENTUK INSAN PERKASA (KHOTBAH IDUL FITRI)
الله اكبر الله اكبر لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و
لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
Ibadah Ramadhan (bahasa baku: Ramadan) merupakan program yang langsung dirancang oleh Allah swt. untuk membentuk pribadi-pribadi Mukmin yang perkasa.
Ritual-ritual Ramadhan bila dilaksanakan atas dasar iman dan penuh kesadaran ikhlas semata karena Allah swt. dan sesuai petunjuk Rasulullah saw. akan memberikan sentuhan dan energi transformatif yang segnifikan terhadap setiap Mukmin.
Sentuhan Ramadhan dalam lintasan sejarah telah menghasilkan generasi yang unggul (khaira ummah) dan insan kamil , seperti para sahabat Rasulullah saw dan generasi penerusnya, semisal: Umar bin Abdul Aziz, Muhammad Al Fatih, Shalahudin Al Ayubi, dan berbagai nama besar lainnya.
Telah mafhum, bahwa hasil
akhir yang diharapkan setelah melalui puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan
adalah menjadi insan yang bertaqwa (bhs baku: takwa). Tidak ada takaran atau standart
keunggulan manusia yang lebih hebat daripada standart taqwa. Firman Allah swt:
…ِانَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Surah
al-Hujurat, ayat 13).
Beberapa makna
taqwa dikemukakan oleh para sahabat, antara lain Abdullah bin Mas’ud. Ketika menafsirkan firman Allah surat Ali Imran ayat 102, “Hai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya.” Beliau
mengatakan,
"أَنْ يُطَاعَ وَلا
يُعْصَى، وَأَنْ يُشْكَرَ وَلا يُكْفَرَ، وَأَنْ يُذْكَرَ، وَلا يُنْسَى". المعجم الكبير للطبراني - (7
/ 487
“Hendaklah Dia (Allah) ditaati dan tidak
dimaksiati, disyukuri dan tidak diingkari, diingat serta tidak dilupakan,.” (ath-Thabrani dalam al-Mu’jam
al-Kabir 7/487). Sahabat yang lain mendefinisikan;
التقوى : فسر بعض الصحابة التقوى بأنها : العمل بالتنزيل
والخوف من الجليل والاستعداد ليوم الرحيل - مجلة البحوث
الإسلامية - (38 / 179)
Mengamalkan al Qur’an, takut kepada Allah swt dan
mempersiapkan diri untuk hari perjalanan ke alam barzah.
Taqwa berada dalam wilayah abstrak, ibarat energi lisrik dalam sistem mekanik, maka yang nampak adalah output dari energi tersebut. Lampu bisa menyala, mesin bisa berjalan, rice cooker bisa panas, kulkas bisa dingin dst. adalah karena ada energi listrik.
Nabi
mengatakan, “ Taqwa ada disini”, sambil beliau menunjuk ke arah dada tiga kali.
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و
سلم ...التقوى ههنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات... صحيح مسلم - (4 / 1986)
Dari Abi
Hurairah, Rasulullah bersabda,” taqwa ada disini sambil beliau menunjuk ke arah
adanya tiga kali” (HR. Muslim)
Yang nampak dari taqwa adalah prilaku dari pemiliknya atau ‘penampakannya’, baik prilaku dalam hubunganya dengan Allah swt maupun dalam hubunganya sesama manusia.Wal hasil, yang kasad mata dari mutaqun adalah sifat-sifat dan ciri-cirinya.
Ciri, sifat dan prilaku orang yang
bertaqwa telah banyak digambarkan dalam al Qur’an mapun sunah Rasul. Kiranya mudah dicerna dan difahami kalangan
awam manakala untuk menggambarkan prilaku orang bertaqwa diformulasikan dalam
sebuah kata gaul “ PERKASA” . Meskipun
belum memenuhi sebuah kriteria rumusan jami’ wal mani’ ,
setidak-tidaknya telah memenuhi standar minimal sebuah akronim.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
Apa itu perkasa? Kata perkasa terdiri dari tujuh huruf, yaitu: P-E-R-K-A-S-A yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. P = PATUH
Ibadah Ramadhan mengajarkan kita kepada kepatuhan, patuh memenuhi perintah Allah swt dan Rasulnya.
Kita dilatih untuk tidak makan dan minum serta berkumpul suami-istri yang asalnya di luar Ramadhan merupakan hal yang halal.
Kenapa dilarang? Ya, maksudnya untuk melatih diri kita
menjadi insan yang taat azas dan hukum. Bukan masalah halal haram yang
subtansial, tetapi sejauh mana kita mentaati perintah dan disiplin
melakukannya.
Ahlak utama
Mukmin-Muslim adalah patuh/taat kepada Allah swt dan RasulNya tanpa
pertimbangan untung rugi, tanpa banyak
bertanya. Kalau perintaah kita kerjakan sesuai kemampuan maksimal, kalau
larangan harus kita tinggalkan secara total. Sesuai Sabda Nabi saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ
فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ
قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . [رواه البخاري
ومسلم]
(Bukhori dan Muslim).
Tarbiyah Ramadhan
harus dapat menghadirkan sifat dan sikap sami’na wa atha’na, (tunduk dan
patuh) kepada Allah swt dan RasulNya, juga patuh/taat pada seseorang karena
Allah swt dan RasulNya memerintahkan taat pada mereka, misalnya orang tua, ulil
amri dsb. Firman Allah swt.
إِنَّمَا
كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ
أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [النور: 51]
Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh” dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.” (QS al-Nûr [24]: 51).
Mampukah ibadah Ramadhan yang telah kita jalani mengantarkan kita menjadi insan yang patuh di tengah godaan dan tantangan semakain berat. Gemerlapnya kehidupan dunia dan semakin kuatnya materialisme, hedonisme telah banyak memakan korban, baik dari kalangan awam maupun agamawan.
Demi mengejar harta dan jabatan mereka rela mengingkari norma agama dan norma hukum. Kapatuhan dan ketundukan kepada nafsu bukan kepada perintah Allah swt dan rasulNya.
Semoga Ramadhan kita dapat membentengi kita dari kepatuhan terhadap nafsu setan seraya menghadirkan kepptuhan hanya kepada Allah swt.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
2.
E = EMPATI
Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Pelajaran yang paling minimal yang dapat kita petik dari Ramadhan adalah lapar dan dahaga. Pelajaran lapar dan dahaga dimaksudkan untuk melahirkan rasa empati.
Empati pada saudara-saudara kita yang hidup dalam kekurangan atau yang ditimpa musibah. Empati pada
gilirannya akan melahirkan kedermawanan
dan kesetiakawanan. Tumbuh semangat gotong royong,
yang kuat membantu yang lemah, yang kaya menyantuni yang papa dsb. Rasul saw. bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ - صلى
الله عليه وسلم- « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا
نَفَّسَ الله ُعَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ
عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله ُفِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ ... صحيح مسلم - (8 / 71)
“ Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari
kesulitanya di dunia, maka Allah swt akan menghilangkan kesulitanya di hari
kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan, Allah akan
memudahkanya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang melindungi orang Islam
Allah akan melindunginya di dunia dan akhirat.
Allah akan senantiasa menolong hambanya, selama hamba tersebut menolong
saudaranya...”
Solidaritas sosial dan kedermawanan
dalam Islam adalah nilai utama yang harus ditegakkan. Banyak instrument
kedermawanan yang disediakan oleh Islam, mulai yang wajib seperti: zakat,
kafarat sumpah, fidyah maupun yang sunah seperti : wakaf, infak, sedekah dsb.
Semua instrument itu memiliki nilai tambah jika dilakukan di bulan Ramadhan
bila dibanding bulan yang lain. Olehnya, Nabi saw. member contoh kepada kita
sebagaimana hadits berikut ini:
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم- أَجْوَدَ
النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ
، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
، فَلَرَسُولُ اللَّهِ- صلى الله عليه وسلم - أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ
الْمُرْسَلَةِ- صحيح البخارى - (1 / 13)
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw.
adalah orang yang paling suka berderma, dan paling berdermanya beliau adalah
pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada
setiap malam dari bulan Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu
Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin
yang dilepas."
Empati dikalangan umat dan para pemimpin sudah mulai memudar, sementara individualisme mulai tumbuh subur. Hidup sudah nafsi-nafsi, terkadang dengan tetangga tidak saling kenal, dengan saudara jarang saling bertatap muka karena gadget mengambil alih peran silaturahmi mereka.
Di perkotaan atau kawasan perumahan individualisme semakin kentara, yang kaya semakin kaya yang miskin tambah melarat. Mayoritas kita juga mendahulukan kesolehan ritual dan mengerdilkan kesalehan social.
Orang bisa umrah dan haji berkali-kali walaupun tetangga dan keluarganya tidak mampu menyekolahkan anaknya, berobat ke rumah sakit dan memenuhi kebutuhan primernya.
Semoga Ramadhan yang kita jalani membuka hati kita untuk lebih dekat kepada
orang lemah dan yang dilemahkan sebagaimana yang dicontohkan rasulullah saw.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
3. R =
RAJIN
Rajin adalah perilaku sungguh-sungguh dan giat
dalam beraktivitas dan dilakukan secara kontinu/terus-menerus. Dalam bahasa
Arab bisa berarti istiqomah atau mujahadah. Rajin bekerja, ibadah, belajar dsb,
artinya bersungguh-sungguh tanpa putus dalam bekerja, beribadah dan belajar.
Jika dalam belajar terkenal ungkapan rajin pangkal pandai.
Ibadah Ramadhan mentarbiyah kita rajin
beribadah: shalat lima waktu berjamaah, shalat tarweh tiap malam, tadarus al
Qur’an, iktikaf sepuluh malam terakhir dst. Pendek kata, kita semua lebih
rajin beribadah dan beramal di bulan
Ramadhan bila dibanding bulan-bulan yang lain. Rasulullahpun demikian, khususnya
di malam sepuluh terkhir:
وعن عائشة رضي الله عنها ، قالت : كَانَ رسول الله
- صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ العَشْرُ الأَوَاخِرُ مِنْ رَمَضَانَ ،
أحْيَا اللَّيْلَ ، وَأيْقَظَ أهْلَهُ ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئزَرَ . متفقٌ
عَلَيْهِ .
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila
telah masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka beliau menghidup-hidupkan
malamnya - yakni melakukan ibadat pada malam harinya itu, juga membangunkan
isterinya, bersungguh-sungguh - dalam ibadat - dan mengeraskan ikat
pinggangnya." (Muttafaq 'alaih)
Seyokyanya nilai-nilai ini harus kita
pertahankan sepanjang hidup kita meskipun di luar Ramadhan karena agama kita
meniscayakan berprilaku rajin dalam kebaikan dan taqwa dan melarang pemeluknya
untuk menjadi pemalas.
وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ
مِنَ الصَّالِحِينَ [آل عمران : 114]
….dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
Sementara kebaikan yang kita kerjakan harus
ajek atau terus menerus/rutin, jangan hangat-hangat tahu ayam, sesekali
aja dikerjakan dengan jumlah yang banyak, setelah itu berhenti. Tarawih sampai
23 rakaat di bulan Ramadhan, setelah itu tidak sama sekali.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- وَعِنْدِى امْرَأَةٌ فَقَالَ « مَنْ هَذِهِ ». فَقُلْتُ امْرَأَةٌ لاَ تَنَامُ
تُصَلِّى.قَالَ « عَلَيْكُمْ مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لاَ يَمَلُّ
اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا ». وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ
صَاحِبُهُ . صحيح مسلم (5/ 190)
Dari Aisyah ra. Ia berkata, “ Rasulullah saw masuk ke tempatku dan
bersamaku ada seorang perempuan, Belia bertanya, “siapa ini” ? Aku
menjawab, “Dia seorang wanita yang tidak
tidur semalam karena shalat”. Beliau bersabda,” Beramallah semampumu, demi
Allah, Allah swt tidak akan bosan mencatat amalmu sehingga kamu bosan. Sebaik-baik agama (amalan) yang dikerjakan
berkelanjutan/rutin oleh pelakunya”.
Semoga puasa yang kita kerjakan dapat member bekas amalan yang kita
rutinkan sehingga berlanjut di bulan-bulan berikutnya.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
4.
K = KOMPAK
Selama Ramadhan
kita di-tarbiyah/di-edukasi oleh Allah untuk menjalani hidup secara berjamaah.
Shalat berjamaah, tadarus al Qur’an bersama, iktikaf bersama, bahkan buka
bersama. Kebersamaan selama Ramadhan diharapkan dapat mempererat
silaturrahim/silaturahmi: kekompakan, kegotongroyongan dan keharmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ditambah lagi
setelah Ramadhan kita punya budaya halal-bihalal, yaitu saling menghalalkan,
saling melepas ikatan, meluruskan yang kusut dan memaaafkan. Hal ini sesuai
pesan Rasulullah saw:
قَالَ « أَفْضَلُ الْفَضَائِلِ أَنْ تَصِلَ
مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِىَ مَنْ مَنَعَكَ وَتَصْفَحَ عَمَّنْ شَتَمَكَ » مسند أحمد - (33 / 158)
Keutamaan yang paling utama adalah: Sambunglah orang yang memutus
hubungan dengan kamu, berilah (sesuatu) kepada orang yang enggan memberimu dan
berlapang dadalah (memaafkan orang yang menzalimi kamu. (HR. Ahmad).
Harapan kita semua, setelah Ramadhan dan Idul Fitri hubungan kita
menjadi lebih erat, lebih hangat dan harmonis.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
5. A = ARIF
Arif maknanya bertindak dengan bijak, penuh pertimbangan dari berbagai aspek dengan matang dan tidak gegabah.
Bila kita mampu
menahan diri, tidak cepat emosi, bertindak gegabah dsb, itu pertanda kita
telah dewasa.. “Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan”,
demikian salah satu bunyi iklan rokok. Sejalan dengan sabda Nabi saw :
وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : "ليس
الشديد
بالصرعة،
إنما
الشديد
الذى
يملك
نفسه
عند
الغضب
- متفق
عليه
.
Bukanlah orang kuat itu orang yang mempunyai
kompetensi kecepatan penyerangan dalam peperangan, tetapi orang kuat adalah
orang yang dapat menahan diri.
Puasa yang dalam bahasa Arab disebut siam bermakna menahan diri. Menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu. Dalam berpuasa, kita menahan diri dari makan dan minum dan berkumpul suami-istri, mulai terbit fajar hingga terbenam Matahari selama satu bulan, meskipun ada makanan dan minuman yang kita miliki dan pasangan disamping kita.
Menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu amat sangat penting dalam kehidupan
bersama. Apalagi menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang akan merusak
diri sendiri dan orang lain, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, manipulasi,
dan lain-lain.
Akhir-akhir ini
kita dikatakan bangsa yang suka bertengkar/konflik, termasuk umat Islam dengan
umat Islam sendiri. Karena hal-hal sepele terjadi tawuran massal, antar
kampung, antar pelajar, antar mahasiswa yang notabene–nya kelompok intelektual
, bahkan, yang ironis terjadi di lembaga DPR-RI, hanya karena rebutan ketua
komisi terjadi baku pukul.. Padahal Allah telah memberikan warning dalam
Al Anfal ayat 46:
وَأَطِيعُوا الله َ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُوا
فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ الله َ مَعَ الصَّابِرِين
Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. Kita berharap
dengan ibadah Ramadhan yang baru saja
berlaku membuat kita semakin arif , dewasa dan bijak.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin
a’azzakumullah
6.
S = SABAR
Sabar merupakan
potensi diri untuk mengapai kesuksesan demi kesuksesan. Oleh karenanya dalam
banyak ayat dan hadist, Allah dan rasul-Nya
mengharuskan adanya kesabaran dalam menjalani kehidupan.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [البقرة : 153]
Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
وَقالَ تَعَالَى : إِنَّمَا
يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب [ الزمر :10 ]
Bahwasanya Allah swt menyempurnakan pahala orang yang sabar tanpa batas”.
Ibadah puasa memberikan pelajaran yang berharga agar kita sabar
meniti tahapan kehidupan , dengan
berlapar-lapar, berdahaga mulai terbit fajar hingga terbenam matahari..
Intinya kita dilatih sabar menjalani ketaatan meskipun aral melintang.
Fakta di lapangan sering memperlihatkan betapa kita sebagai orang yang tidak sabar dan suka jalan pintas atau hal-hal yang instan. Indikasinya: korupsi merajalela, bahkan dilakukan dengan berjamaah dan terstruktur, baik di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif bahkan di lembaga NGO/LSM.
Pemalsuan tidak kalah marak, mulai pemalsuan uang, ijazah,
obat-obatan, bahkan gigi palsupun ikut
dipalsu pula. Demikian pula pembajakan hak cipta/hak kekayaan intelektual:
pembajakan buku, aplikasi komputer, plaform dll. Belum lagi soal penyelundupan, illegal
logging, illegal fishing dsb, telah merambah carut-marutnya negara kita.
Kita berharap puasa yang kita lakukan menambah kesabaran kita dalam
menghadapi musibah, menjalankan ketaatan dan menjahui larangaNya.
الله اكبر الله اكبر
لا اله إ لاّ الله و الله أكبر. الله اكبر و لله الحمد
Ma’asyiral muslimin a’azzakumulla
7. A =
AMANAH
Amanah adalah sesuatu yang dititipka kepada
orang lain, baik berupa harta maupun non harta dan yang dititipi wajib menjaga
kepercayaan saudaranya. Misalnya jabatan yang dititipkan oleh rakyat kepada
seseorang maka ia wajib melaksanakan tugas dan tanggungjawab jabatan itu
sebagaimana seharusnya. Firman Allah swt:
{إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ
بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا } [النساء: 58]
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.
Puasa
Ramdhan mendidik kita agar tetap amanah dalam melaksanakan tugas jabatan,
meskipun kita punya kesempatan untuk menyelewang dan menyalah gunakaan jabatan
tersebut. Ingat cirri-ciri orang munafik salah satunya adalah tidak menunaikan
manat dengan benar.
عن أَبي
هريرة - رضي الله عنه - : أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : آيةُالمُنافقِ
ثلاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعدَ أخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
)) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda,” Tanda orang munafik ada tiga: bila bekata
bohong, bila berjanjitidak ditepati dan bila diberi amanat berkhianat”. Insya Allah Shoimin/shoimat menjadi orang yang amanah yang member
keuntungan kepada dirinya dan orang lain.
Demikian akronim PERKASA yang menggambarkan ‘keperkasaan’ orang yang telah menjalani ibadah Ramadhan. Akan hadir menjadi insan yang berkarakter mulia: patuh kepada ketentuan agamanya, empati terhadap sesama, rajin dalam menjalankan amal kebajikan, kompak dalam kerjasama untuk kebaikan dan ketaqwaan, arif dan bijak dalam bertindak, sabar dalam menghadapi ujian dan amanah jika menerima kepercayaan.
Itulah gambaran manusia taqwa, insan kamil yang senantiasa
didambakan oleh Allah swt dan sesama manusia. Semoga kita tergolong hamba-hambanya yang
bertaqwa . Amin Ya Rabal Alamin.
وقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً
عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍوَ عَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَلىَ التَّابِعِيْنِ
لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ، رَبَّنَا
آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ، رَبَّنَا افْتَحْ
بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ و لاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاً لِلَّذِينَ
آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَارِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ،
Posting Komentar untuk "RAMADHAN MEMBENTUK INSAN PERKASA (KHOTBAH IDUL FITRI) "