MAKNA HIJRAH
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ رُسُلَهُ بِاْلهُدَى
وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِقْرَارًا بِهِ
وَتَوْحِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
مَزِيْدًا .أَمَّا بَعْدُ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا الله َ وَقُولُوا قَوْلاًسَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله َ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
azahri.com ~ Sidang Jumaat yang dirahmati
Allah swt !
Marilah
kita selalu berupaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
dengan semaksimal dan seoptimal mungkin melaksanakan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya. Semakin bertambah umur bertambah kebaikan dan amal
shaleh kita sampai meraih husnul khotimah (kesudahan yang indah).
Secara matematis bertambah tahun bertambah umur kita, namun hakikatnya usia
kita semakin berkurang. Maka tindakan yang bijak
di awal tahun hijriyah ini manakala kita lakukan muhasabah, menghitung-hitung
berapa banyak amal kebaikan yang telah kita lakukan dan maksiat yang terlanjur
kita perbuat untuk kita lakukan pertaubatan dan memperbanyak kebajikan.
Sidang Jumaat yang dirahmati
Allah swt !
Banyak
diantara kita yang semangat
keberagamaanya untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
demikian menggebu. Mereka mengatakan: “Beragama Islam harus secara kaffah
(paripurna), yaitu mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut, perasaan, pikiran
dan tingkah laku harus Islam, semua aspek dalam sisi kehidupan kita - aspek
ekonomi, sosial, budaya, politik dsb.
harus berjalan sesuai dengan koridor Islam, waktu mulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali tetap dalam naungan Islam. Wal hasil, totalitas
hidup dan kehidupan kita harus senantiasa berjalan di atas rel Islam”.
Saking
semangatnya apapun harus Islam. Selamet diganti Abd. Salam, Bejo diganti Fauzan
dst. Namun ketika diajukan pertanyaan kepada mereka, apakah Anda tahu tanggal
lahir Anda, tahun Anda lulus dari sekolah, tahun perkawinan Anda dst. Mereka
akan menjawab saya lahir tanggal, misalnya 10 Mei 1963, lulus sekolah dasar
tahun 1976 dst. Dari jawaban tersebut kemudian kita bisa mempertanyakan ulang,
mengapa Anda sebut tahun Masehi alias
tahun Nasrani, bukan tahun Islam atau tahun Hijriyah, bukankah kita harus
meng-islamkan segala aspek kehidupan kita, termasuk aspek budaya.
Dari
gambaran tadi, ternyata tahun Hijriyah sering dilupakan sekalipun oleh
orang yang begitu kental semangat keislamanya. Lalu bagaimana terhadap umat
Islam pada umumnya ? Tentu keadaanya akan lebih memperihatinkan. Tahun Hijriyah
hanya diingat pada momen-momen tertentu: puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha,
tahun Baru Islam, Maulid Nabi dsb. Berkaitan dengan hal tersebut, topik khutbah
kali ini membahas seputar tahun Hijriyah.
Sidang Jumaat yang dirahmati
Allah swt !
1. Sejak kapan tahun Hijriyah itu diadakan dan
mengapa diadakan?
Dalam sejarah banyak ditulis bahwa
kalender ini ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khathab, khalifah ke-3 dari Al
Khulafaur Rasyadin atas saran para shahabat-shahabatnya. Menurut suatu riwayat,
Umar terketuk hatinya setelah membaca surat jawaban dari Gubernur Basrah, Abu
Musa Al Asyari, yang menulis surat antara
lain : "Surat Tuan yang tak
tertanggal telah saya terima … ". Setelah kejadian itu, Umar bin Khathab
mengadakan musyawarah dengan para
sahabat-sahabatnya untuk menyusun penanggalan Islam.
2. Kenapa disebut penanggalan Hijriyah ?
Semula para shahabat berbeda pendapat tentang nama dan sejak kapan
kalender itu berlaku. Atas usulan Ali bin Abu Thalib.
Sebaiknya Kalender Islam ini dimulai sejak tahun
dimana Nabi saw. dan sahabat-sahabatnya
melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ali bin Abu Thalib beralasan
bahwa hijrah itu merupakan momentum penting dan merupakan titik tolak
perkembangan Islam. Atas pendapat ini secara aklamasi diterima Khalifah
Umar bin Khathab dan para sahabat yang
mengikuti musyawarah.
Karena
kalender Islam ini dihitung pada tahun saat
Nabi melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah maka disebut Kalender Hijriyah. Menurut hisab hari pertama
tahun 1 Hijriyah jatuh pada hari Kamis Kliwon, 15 Juli 622 M dan pendapat lainnya dimulai hari Jum'at Legi,
16 Juli 622 M.
3.
Mengapa Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama kalender Hijriyah?
Karena bulan Muharam sebagai bulan pertama kalender
Hijriyah sehingga ada sebagian orang
Islam memiliki pemahaman bahwa bulan Muharram sebagai bulan Hijrahnya
Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yasrib, yang kemudian menjadi Madinah al
Munawarah. Pemahaman ini tidak benar, meskipun nama kalender kita Hijriyah dan
bulan pertama Muharam ternyata peristiwa Nabi hijrah dalam catatan sejarah terjadi
pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12
Rabiul awal.
Kalau Nabi
hijrah itu pada bulan Shafar dan Rabiul Awal, mengapa awal bulan Kalender
Hijriyah tidak dimulai salah satu dari
kedua bulan tersebut? Jika kita cermati argumentasi decision maker ketika
itu semata-mata terkait dengan urusan tehnis-administrasi, yaitu karena Daulah
Islamiyah memiliki kesibukan puncak
melayani ‘dhuyufullah’ (tamu Allah) dari segala penjuru dunia
yang menunaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah dan usai penyelenggaraan haji
diadakan perhitungan/tutup buku di bulan itu juga, sehingga bulan berikutnya
(Muharam) sebagai momen yang tepat mengawali pembukuan. Jadilah Muharram bulan
pertama Kalender Hijriyah.
4. Mengapa disebut kalender Qomariayah
?
Semua sepakat sistem penanggalan itu adalah sistem lunar (lunar
system), yaitu penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran bulan
mengelilingi bumi. Kesepakatan ini didasarkan petunjuk Allah swt dan Rasulnya saw. dalam
beberapa ayat Al Qur’an maupun hadist – hadist yang berkaitan dengan ibadah
puasa, idul fitri dan pelaksanaan haji, antara lain:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ
الأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ... [البقرة :
189]
Mereka
bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji...;
Dalam kitab-kitab tafsir yang
muktabar, antara lain Tafsir Al Qurtubi, Ibnu Katsir dll, dijelaskan bahwa yang
dimaksud mawaqit adalah waktu-waktu untuk ibadah puasa, idul fitri,
pengeluaran zakat, menghitung iddah wanita yang ditalak dst. Adapun hadits nabi
yang memberi isyarat penanggalan sistem bulan antara lain:
عن ابْنِ عُمَرَ
يَقُولُ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا
وَهَكَذَا » . يَعْنِى ثَلاَثِينَ ، ثُمَّ قَالَ « وَهَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا
» . يَعْنِى تِسْعًا وَعِشْرِينَ يَقُولُ ، مَرَّةً ثَلاَثِينَ وَمَرَّةً تِسْعًا
وَعِشْرِينَ - صحيح البخارى - (17 / 480(
Dari Ibnu Umar, ia berkata, Nabi saw bersabda:
Bulan itu seperti ini, seperti ini, seperti ini, yakni tiga puluh hari,
kemudian beliau berkata: seperti ini, seperti ini, seperti ini, yakni dua puluh
sembilan hari, beliau bersabda sekali tempo tiga puluh hari dan sekali tempo
dua puluh sembilan hari.
Dari statemen Nabi tersebut bahwa
umur bulan itu 30 dan 29 hari secara bergantian. Tetapi tidak ditetapkan secara
konstan seperti kalender masehi karena dihitung secara riil, bukan rata-rata. Dihitung demikian supaya lebih akurat karena
banyak berkaitan dengan ibadah.
6. Apa makna
dan hikmah perjalanan hijrah Nabi?
Dalam
bahasa Arab, hijrah secara harfiah bisa diartikan pindah atau migrasi. Namun
Secara istilah ia mengandung dua makna yaitu, hijrah makani dan hijrah maknawi
. Hijrah makani artinya hijrah secara fisik berpindah dari suatu tempat yang
kurang baik menuju yang lebih baik, dari negeri kafir menuju negeri Islam.
Adapun hijrah maknawi artinya berpindah dari nilai yang kurang baik menuju
nilai yang lebih baik, dari kebatilan menuju kebenaran, dari kekufuran menuju
ke-Islaman.
Makna
terakhir oleh Ibnu Qayyim bahkan dinyatakan sebagai al-hijrah al-haqiqiyyah.
Alasannya hijrah fisik adalah refleksi dari hijrah maknawi itu sendiri. Dua
makna hijrah tersebut sekaligus terangkum dalam hijrah Rasulullah SAW dan para
sahabatnya ke Madinah. Secara makani jelas mereka berjalan dari Mekah ke
Madinah menempuh padang pasir sejauh kurang lebih 450 km. Secara maknawi
jelas mereka hijrah demi terjaganya misi Islam.
Peristiwa
hijrah Rasul adalah rangkaian panjang sebuah pengorbanan. Setelah Rasulullah
dan para sahabatnya mendapat ujian yang berat berupa siksaan dan hinaan, yang
berpuncak pada pemboikotan kaum Muslimin dari Kafir Quraisy, dan disisi lain
dua tokoh utama penyangga dakwah
dipanggil oleh Allah, yakni Abu Thalib (paman Nabi) dan Khadijah (istri Nabi),
maka perlawanan kafir Quraisy semakin keras, bahkan mereka telah bersepakat membunuh
Rasulullah saw. Di saat keadaan demikian turunlah perintah hijrah kepada
Rasulullah saw.
Setelah perintah hijrah turun
secara berangsur-angsur Rasulullah dan para sahabatnya meninggalkan kota
Makkah, tanah kelahiran mereka tercinta; meninggalkan keluarga, sanak saudara dan handai taulan, harta benda
dan pekerjaan yang selama ini digeluti. Secara lahiriyah umumnya naluri manusia
akan menyatakan ujian itu sungguh berat. Meninggalkan nilai material yang
mungkin selama ini mereka rintis dengan susah payah, berpindah ke suatu tempat
asing yang penuh tantangan dan ketidak jelasan. Namun karena dorongan iman dan
kecintaan Rasulullah dan sahabatnya kepada Islam dan keinginan menggapai tempat
yang tinggi disisi-Nya mengalahkan kecintaan pada semua itu.
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي
سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللهِِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih
tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan" (QS. At Taubah 20).
Disamping mendapat drajat
yang mulia disisi Allah orang yang hijrah akan memperoleh manfaat dan keutamaan
yang besar, baik di dunia maupun di akhirat:
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللهِ يَجِدْ فِي
الأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا
إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى
اللهِِ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki
yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang
dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(an Nisa’:100)
Sebaliknya orang yang tidak mau
berhijrah pada keadaan yang mengharuskan ia berhijrah akan mendapat malapetaka
di dunia dan di akhirat termasuk golongan orang yang rugi:
إنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ
ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي
الأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا
فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan
malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat
bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab:
"Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para
malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?". (QS. An Nisa 97).
Ketika
Makah sudah menjadi Darul Islam hijrah makani dari Makkah ke Madinah tidak
diperlukan lagi karena tidak ada lagi relevansinya, sebagaimana sabda nabi saw:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ « لاَ
هِجْرَةَ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا » صحيح
البخارى - (11 / 326)
Rasulullah bersabda ketika hari pembukaan
Makah, “ Tidak ada hijrah, yang ada adalah kesungguhan dan niat/motivasi, jika
kalian dipanggil untuk berjuang, berangkatlah’.
Bukan
berarti setelah fathul Makkah hijrah makani tidak ada lagi di tempat yang lain,
semua tergantung konteknya, niat dan semangatnya. Bila situasi dan kondisi
lingkungan tempat tinggal kita tidak lagi kondusif dalam menjaga dan memelihara iman serta mewujudkan amal
shaleh, bahkan sebaliknya, cendung mendegradasi iman dan amal shaleh kita, maka
hijrah secara fisik untuk menghindari madharat yang lebih besar kiranya
merupakan solusi terbaik. Yang penting bukan ” tinggal gelanggang
colong playu.” (lari dari medan perjuangan/menjadi penghianat).
Hijrah
yang essensial dan subtansial sepanjang hayat adalah hijrah maknawi, yang tidak
dibatasi ruang dan waktu, kapan dan dimana saja. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rasulullah saw:
عن عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هاجر ما نهى الله عنه - صحيح ابن حبان - (1 / 455)
Nabi saw bersabda,” Muslim yang sesungguhnya,
jika orang Islam lain merasa aman dari gangguan lisan dan tanganya. Muhajir
(orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah”.
Setiap orang yang dengan sadar
berupaya meninggalkan hal-hal yang negatif beralih kepada hal-hal yang positif
adalah muhajir. Motivasi yang benar dan upaya yang sungguh
–sungguh itulah roh dari hijrah. Motivasi/niat memperbaiki diri dan keadaan
untuk menjadi yang terbaik demi mengapai ridha Allah swt melalui kerja keras
merupakan semangat hijrah yang sesungguhnya.
Inti hijrah adalah pada soal peralihan/perubahan,
maka peringatan satu Muharam seyokyanya
kita jadikan sebagai momentum perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan
demikian, menyambut tahun baru Hijriyah bukanlah dengan berpesta pora dengan
meniup trompet dan bergadang semalam suntuk, namun kita lakukan dengan banyak
bertasbih dan bersyukur kepada Sang Khalik serta mawas diri dan instropeksi,
sudah berapa banyak amal kebaikan yang kita lakukan, apakah umur kita sudah
kita manfaatkan dengan baik dan benar dst.
Sebagai Muslim yamg
taat, mari kita jadikan makna hijrah dengan semangat menyambut masa yang
akan datang dengan penuh harapan dan menyambut tahun baru hijriah ini dengan
berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita di tahun lalu. Jatah hidup kita
semakin hari semakin berkurang, maka selayaknya kita yang taat pada Allah,
mempergunakan kesempatan hidup di dunia ini dengan sebaik mungkin. Karena ajal
manusia merupakan rahasia Allah, dan jarum jam tidak akan pernah berbalik arah,
sudah sepantasnya kita memperbaiki diri kita masing-masing. Kita gunakan kesempatan
ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat
kelak, dengan bercermin kepada nilai-nilai dan semangat hijrah dalam kehidupan
beragama dan bermasyarakat.
Semoga
Allah SWT menganugerahi kekuatan lahir dan batin kepada kita untuk dapat
berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada kebaikan sebagaimana yang
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.Amin!
باَرَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى
وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ
مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْوَارْحَمْ
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ ٭
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَمَرَ بِاْلجِهَادِ، لِتَطْهِيْرَ
اْلأَرْضِ مِنَ اْلكُفْرِ وَاْلفَسَادِ، وَوَعَدَ اْلمُجَاهِدِيْنَ بِعَظِيْمِ اْلأَجْرِ
وَالثَّوَابِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ جَاهِدٌ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ
بِاْلقَلْبِ وَاللِّسَانِ، وَالدَّعْوَةِ وَاْلبَيَانِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ بَذَلُوْا نُفُوْسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ فِي اْلجِهَادِ
فِي سَبِيْلِ اللهِ، طَاعَةً للهِ وَطَلَبًا لِثَوَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كثيرًا. اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْفَازَاْلمُتَّقُوْنَ.
فَقَالَ تَعَالَى { إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا } اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيهِ٭ اللَّهُمَّ
اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ اْلأََحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ٭ رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ٭ اللَّهُمَّ يا
مُصَرِّفَ القُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنا على طاعَتِكَ٭ اللَّهُمَّ اَعِزَّاْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكِ اْلكَفَرَةَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَلاََ تَجْعَلْنَاتَحْتَ
اَقْدَامِ اْلمُنَافِقِيْنَ٭ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ٭ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُونَ٭ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ٭ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ٭
عِبَادَ
اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتاَءِ ذِيْ اْلقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاَءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ٭ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ٭
فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ٭ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهَ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ٭
Posting Komentar untuk "MAKNA HIJRAH "