RASULULLAH SAW. TELADAN UTAMA DALAM TIGA ASPEK KEHIDUPAN
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الله ِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الله َ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ الله َ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(al Ahzab:21).
Menurut Imam al Qurtubi dalam kitab tafsirnya bahwa para shahabat (umat Islam) harus meneladani prilaku Rasulullah saw. kapan dan dimana saja, dan tidak boleh menyalahi ajarannya, baik di hadapan nabi maupun tidak. Demikian ini bagi orang yang mengharap pahala dan rahmat Allah swt di akhirat. (Tafsir at Thobari: 20/235-236).
Sementara menurut Mufasir Ibnu Katsir bahwa ayat ini secara prinsip menjelaskan keharusan meneladani Rasulullah dalam perkataan, perbuatan dan dalam segala hal. Menurut beliau, secara spesifik ayat ini terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnya yang berbicara seputur perang melawan tentara gabungan (al Ahzab). Dalam perang Ahzab umat Islam harus meneladani Rasulullah dalan hal kesabaran, kesatuan dan persatuan dan kesungguhan untuk menggapai kemenangan. ( Tafsir Ibnu Katsir: 6/391)
Mengambil uswah hasanah dari Rasulullah saw. adalah dalam segala aspek kehidupan, antara lain meliputi: kehidupan pribadi, kehiduoan keluarga dan kehidupan dalam bermasyarakat.
Pertama, keteladanan dalam kehidupan pribadi. Rasulullah saw dalam memenej kehidupan pribadinya, tergambar sebagai berikut:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله ِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِالسُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
029. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.(Al Fath:29)
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa Rasulullah dan para shahabatnya adalah hamba-hamba Allah yang sangat tekun beribadah, senantiasa mendekatkan diri kepada Allah demi menggapai ridlo-Nya.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Rasulullah menggunakan waktunya sepertiga untuk beribadah, sepertiga untuk bekerja dan sepertiga untuk istirahat. Rasulullah saw senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, bermunajad kepadaNya, padahal Rasulullah adalah orang yang paling taat dan taqwa kepada Allah swt
...أَمَّا وَاللهِ إِنّي لاخْشَاكُمْ للهِ، وَأَتْقَاكُمْ لَهُ (روى البخاري ومسلم عن أنس رضي الله عنه.)
" Demi Allah, sesungguhnya aku oraang paling takut dan taqwa diantara kamu kepada Allah” (Bukhori. Muslim dari Anas ra.(
Tentang ibadah Rasul lebih lanjut tergambar dalam beberapa hadits sebagai berikut:
وَلِحَدِيْثِ عَائِشَةَ - رضى الله عنها – قاَلَتْ: مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ ، وَلا فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ، يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلا تَسأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُم يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلا تَسأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاثا.
“ Berdasarkan Hadits dari Aisyah ra., ia berkata: Bahwa Rasulullah saw. (dalam melakukan shalat malam), baik di bulan Ramadhon maupun di luar Ramdhon tidak lebih dari 11 (sebelas rakaat). Beliau shalat 4 (empat) rakaat; jangan kamu bertanya bagusnya dan lamanya, kemudian beliau shalat 4 (empat) rakaat), jangan kamu bertanya bagusnya dan lamanya; lalu beliau shalat 3 (tiga) rakkat.” (H.R. Bukhori dan Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، صحيح البخارى - (7 / 380)
“ Dari Aisyah Ra. Ia berkata: adalah Rasulullah saw. apabila masuk hari yang kesepuluh, yaitu sepuluh hari yang terakhir di bulan Ramadhon, beliau menyingsingkan kainya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (Muttafaqun alaihi)
Meskipun Rasulullah saw telah dijamin masuk surga, beliau tetap serius dan optimal dalam bermujahadah kepada Allah swt. Bagaimana dengan kita yang belum mendapat jaminan apapun ? Maka seyokyanya kita harus berusaha terus menerus mendekatkan diri kepada Allah, sampai kita mencapai kesadaran atau posisi:
عن عمر بن الخطاب: رضي الله عنه، قال:…. فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإحسانِ. قال: أَنْ تَعْبُدَ الله كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ …. صحيح مسلم - (1 / 28)
“ Dari Umar bin Khatab ra. Rasul berkata:….beritahu aku tentang ihsan, Jabril berkata: Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat Dia, maka jika kamu tidak melihat Dia sesungguhnya Dia melihatmu……..” (H.R Muslim)
Kedua, uswah dalam kehidupan keluarga. Dalam kehidupan keluarga, Rasulullah saw sebagai kepala keluarga, sebagai suami dan ayah yang baik. Rasulullah senantiasa menjadikan rumah tangganya bagaikan surgaبيتى جنتى : “ rumahku adalah surgaku”.
Rumah laksana surga bukan lantaran bergelimang harta, tetapi yang paling utama adalah penghuni rumah yang saling kasih – mengasihi, sayang menyayangi, terjalin hubungan yang harmonis, serasi dan berkeadilan. Hal ini tergambar dalam sabda beliau:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأهْلِى ». سنن ابن ماجه - (6 / 203)
Sebaik- baik kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik diantaramu terhadap keluargaku.
Rasulullah saw sangat sayang kepada istri dan anak-anaknya. Karena begitu sayangnya beliau kepada istrinya; suatu ketika beliau pernah pulang agak malam, Aisyah sudah tidur, beliau enggan untuk membangunkan istrinya, sampai beliau tidur di teras rumah. Hal tersebut semata-mata karena rasa sayangnya kepada istrinya, Aisyah.
Ketiga, uswah dan qudwah dalam bermasyarakat: Banyak hal yang perlu kita contoh dari beliau dalam kiprahnya di masyarakat, karena beliau memang diutus untuk memperbaiki masyarakat, memperbaiki budi pekerti dan akhlaknya. Sebagaimana firman Allah At Taubah: 128
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
Rasulullah saw sangat mengharapkan umatnya hidup tentram, sehat dan sejahtera, saling hormat menghormati, sayang menyayangi dalam rangka menggapai kebahagian fi darain (dunia dan akhirat).
Maka tidak berlebihan jika kehadiran Rasulullah saw di muka bumi ini merupakan rahmat dari Allah bagi semesta alam. Firman Allah Surat Al Anbiya’:107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Semoga kita semua bisa meneladani kehidupan Rasulullah saw, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Posting Komentar untuk "RASULULLAH SAW. TELADAN UTAMA DALAM TIGA ASPEK KEHIDUPAN"