Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

JADILAH WASIL ATAU MUKAFI HINDARI QATI’

 


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي رَبَطَ بَيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِاْلأِخْوَةِ اْلإِيْمَانِيَةِ، وَشَرَعَ لَهُمْ مِنَ اْلأَسْباَبِ اْلمُتَنَوِّعَةِ اَلَّتيِ تُثَبِّتُ بِهاَ أَرْكاَنُ تِلْكَ اْلإِخَوَةِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إَلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَكْمَلُ اْلبَرِيَّةِ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ القيامة .اما بعد:

Wanita bujang  memeluk bantal;
Bertingkah karena lagi kesepian;
Kita datang untuk halal bihalal;
Marilah kita saling bermaaf-maafan;

Segala puji bagi Rab Semesta Alam yang telah menganugerahkan kepada kita persaudaran seprofesi dan seiman bahkan ada hubungan nasab dan mushaharah. Se-profesi karena sama-sama  Aparat/Mantan Aparat Peradilan Agama. Seiman, maksudnya satu agama, Islam. Nasab, mungkin di PA. Kab. Malang ada yang kakak beradik atau paman-kemenakan  dan mushaharah:suami – istri. Aneh, jika satu profesi, satu iman, suami istri gak harmonis. Mau diikat dengan ikatan apalagi?

Halal bihalal  berasal dari bahasa Arab, namun insya Allah orang Arab sendiri tidak mengerti maksudnya. Jika kita membuka kamus bahasa Arab yang terkenal, misalnya: Lisanul Arab, Kamus Al Muhid atau Munjid, tidak akan kita jumpai istilah Halal bi Halal tersebut. Halal bi halal adalah istilah khas Indonesia, yang berasal dari kata          :  حل- يحل- حلا arti harfiahnya  mengizinkan atau melepaskan, kemudian menjadi halal bihalal “ boleh dengan boleh” atau saling membolehkan, saling melepaskan atau alafwu bilafwi (saling memaafkan) kesalahan masing - masing.

Inti halal bi halal adalah صلة الرحم. Dua cara membaca, yaitu silaturahim dan silaturahmi. Menurut Prof Dr. Quraisy Sihab bahwa silaturrahim adalah hubungan kasih sayang berdasarkan kekeluargaan/hubungan darah, sedang silaturrahmi adalah hubungan kasih sayang/persaudaran sesama muslim atau manusia pada umumnya. Dalam pengertian lain silaturrahim/rahmi memberikan arti menyambung hubungan yang putus, baik putus karena disegaja atau ada masalah atau putus karena ketidak-sengajaan karena jarak tempat tinggal yang jauh.

Dalam tradisi Jawa ada Kupatan, ngaku lepat, lelakon papat:  lebar, lebur, luber dan labur. Lebar karena sudah usai bulan Ramadhan, menyambut bulan Syawal dan tidak melaksanakan puasa wajib lagi. Lebur, merupakan harapan dari setiap hamba Allah, mudah-mudahan dilebur segala dosa-dosanya dan diampuni. Luber, karena di hari raya idul Fithri, meluber banyak hidangan, ketupat sayur, kue, minuman dan banyak lagi yang tersaji di meja untuk menyambut tamu yang berkunjung. Labur, hati menjadi putih.

          Berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu harus, terutama dalam perbuatan BAS dan Putusan: duduknya perkara, duduk perkaranya, idah, mutah, presensi dsb. Jika tidak tahu kata dasar atau dalam bahasa Arab fiil madhi ya akan keliru menulis atau menyalin.عائد  dari kata عاد – يعود disalin dalam bahasa Indonesia aidin atau فائز dari kata فاز – يفوز dalam bahasa ndonesia cukup ditulis faiz dst.

Materi halal bi halal atau silaturahim berangkat dari Surat Al A’raf ayat 1999, dikutip dari penjelasan Imam Thabari dalam tafsirnya:

حدثني يونس قال: أخبرنا سفيان، عن أمَيّ قال: لما أنزل الله على نبيه صلى الله عليه وسلم: خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ [الأعراف : 199]

Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.

قال النبي صلى الله عليه وسلم: ما هذا يا جبريل؟ قال: إن الله يأمرك أن تعفوَ عمن ظلمك، وتعطيَ من حرمك، وتصل من قطعك. تفسير الطبري - (13 / 330)

Nabi saw. bersabda: Apa maksud ayat ini wahai Jibril. Jibril menjawab: Sesungguhnya Allah memerintahmu untuk memaafkan orang yang menyakitimu, memberi orang yang enggan memberimu dan menyambung tali persaudaraan yang memutus hubungan denganmu.

Silaturrahim/rahmi dalam pengertian yang terakhir inilah hakikat sillah yang ditekankan oleh Nabi melalui sabdanya:

قَالَ « لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا » صحيح البخارى - (20 / 87)

Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Bukannya orang yang menghubungi - mempererat kekeluargaan - itu dengan orang yang mencukupi - yakni yang sama-sama menghubunginya, tetapi orang yang menghubungi itu ialah orang yang apabila keluarganya itu memutuskan ikatan kekeluargaannya, lalu ia suka menghubunginya - menyambungnya kembali." (Riwayat Bukhari)

وعن أَبي محمد جبيرِ بن مطعم - رضي الله عنه - : أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : ( لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِعٌ ) قَالَ سفيان في روايته : يَعْنِي : قَاطِع رَحِم . مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

Dari Abu Muhammad, yaitu Jubair bin Muth'im r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk syurga seseorang yang memutuskan." Sufyan berkata dalam riwayatnya bahwa yang dimaksudkan ialah memutuskan ikatan kekeluargaan. (Muttafaq 'alaih);

          Pesan halal bi halal atau silaturahmi/rahim pada hari ini yang penting untuk selalu diingat dan diamalkan adalah:

كن واصلا او مكا فيا ولا تكن قاطعا  - انشاء الله من العائدين وَالفائزين -كل عام وَأنتم بخيرٍ

Jadilah Penyambung atau penyeimbang dan jangan jadi pemutus, insya Allah kita termasuk orang yang kembali suci dan mendapat kebaikan sepanjang tahun.

Mengapa Islam men-targhib atau mendorong umatnya untuk menyambung yang putus, memberi kepada yang bakhil dan berlapang dada kepada yang berbuat salah?  Karena Islam agama yang memeberikan pencerahan hati manusia yang cendrung mengedepankan egonya, lebih-lebih mereka yang merasa punya kelebihan: harta dan  tahta. Firman Allah swt:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى .أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.

Dan yang paling banyak terjadi kalau sudah jadi orang - apa sebelumnya bukan orang?-  sering lupa pada sanak saudaranya yang lemah, handai tolan yang tidak selevel, tapi pada orang jauh yang lebih berpangkat diaku keluarganya. Allah swt memberi warning melalu firman-Nya:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إنْ تَوَلَّيْتُمْ أنْ تُفْسِدُوا في الأرْضِ وَتُقَطِّعُوا أرْحَامَكُمْ. أُولئكَ الَّذينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أبْصَارَهُمْ  (محمد: 22، 23)

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.

Kisah Abdullah bin Amr bin Ash mengintai sahabat Anshor yang dinyatakan Rasulullah masuk surga selama 3 hari dan pada akhirnya menyatakan, “Jujur saja, aku tidak melihat kau melakukan amal ibadah yang banyak”. Lantas, amalanmu mana yang membuat Rasulullah SAW berkata engkau calon penghuni surga?” Tanya Abdullah. “Tidak ada yang lain kecuali seperti yang kau saksikan,” jawabnya. Abdullah berpaling hendak pergi namun langkahnya tertahan setelah lelaki Anshor itu memanggilnya.

 ما هو إلا ما رأيتَ غير أني لا أجد في نفسي لأحد من المسلمين غِشًّا، ولا أحسد أحداً على خير أعطاه الله إياه

Tak ada amalan kecuali sebagaimana yang engkau lihat. Hanya saja, dalam diriku secuil pun tak ada keinginan menipu seorang Muslim pun, dan tidak pula aku pernah dengki kepada siapa pun atas nikmat yang Allah berikan kepadanya.” “Ternyata amalan inilah menyebabkan kau memperoleh keististimewaan itu, amalan yang tidak mampu kami lakukan,” simpul Abdullah bin Amr bin Ash

Baju toga dapat dari hadiah
Belikan stelan dasi dan peci
Semoga acara ini berkah
Menghilangkan iri merajut harmoni


Posting Komentar untuk "JADILAH WASIL ATAU MUKAFI HINDARI QATI’"